Kebudayaan Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia. Sesuai dengan namanya,
provinsi ini meliputi bagian barat kepulauan Nusa Tenggara. Dua pulau terbesar
di provinsi ini adalah Lombok yang terletak dibarat dan Sumbawa yang terletak
ditimur. Ibukota provinsi ini adalah Kota Mataram yang berada di pulau Lombok.
Sebagian besar dari penduduk Lombok berasal dari Suku Sasak , sementara Suku
BIma dan Sumbawa merupakan kelompok etnis terbesar di Pulau Sumbawa. Mayoritas
penduduk Nusa Tenggara Barat beragama Islam (96%).
Provinsi Nusa Tenggara Barat mempunyai bermacam-macam kebudayaan , baik itu
dalam hal seni tari , kerajinan tangan , pakaian adat , rumah adat , lagu
daerah , alat music daerah , upacara adat , makanan khas daerah
sampai obyek wisata.
Seni tari daerah Nusa Tenggara Barat yaitu Tari Mpaa Lenggogo dan Tari Batu
Nganga. Tari Mpaa Lenggogo merupakan sebuah tarian untuk menyambut Maulid Nabi
Muhammad SAW. Tarian ini sering dipertunjukkan pada upacara-upacara perkawinan
atau upacara khitanan keluarga raja. Sedangkan Tari Batu Nganga merupakan
sebuah tari berlatar belakang cerita rakyat yang mengisahkan tentang kecintaan
rakyat terhadap putri raja yang masuk batu dan permohonan mereka agar sang
putri dapat keluar dari dalam batu. Berikut ini adalah salah satu gambar Tari
Mpaa Lenggogo dan Tari Batu Nganga.
Tari Batu Nganga
Tari Mpaa Lenggogo
Provinsi Nusa Tenggara Barat mempunyai beragam kerajinan tangan. Diantaranya
adalah Gerabah Banyumulek dan Kain Tenun khas Nusa Tenggara Barat. Kerajinan
tangan khas Busa Tenggara Barat ini telah dilakukan secara turun menurun sejak
dahulu kala. Gerabah Banyumulek adalah kerajinan tangan khas Nusa Tenggara
Barat yang dibuat dengan alat berupa lempengan bulat yang dapat diputar dengan
tangan. Gerabah Banyumulek terbuat dari bahan tanah liat dan tanah liat
tersebut dibentuk dengan alat pemutar , setelah jadi tanah liat yang tadi sudah
dibentuk dijemur dan dibakar. Jadilah kerajinan tangan khas Nusa Tenggara Barat
yang bernama Gerabah Banyumulek. Namun ada produk yang unik dan paling banyak
laku di pasaran yakni adalah kendi maling. Kain tenun atau dikenal dengan kain
songket adalah ciri khas dari Pulau Lombok. Kain songket merupakan kain tenunan
yang dibuat dengan teknik menambah benang pakan, hiasan dibuat dengan
menyisipkan benang perak, emas atau benang warna di atas benang lungsi.
Terkadang juga ada yang dihiasi dengan manik-manik, kerang atau uang logam.
Selain kain songket yang dikenal saat ini, ada cara pembuatan kain tenun dengan
cara klasik. Pembuatan kain tenun dengan cara klasik ini dimulai dari
mempersiapkan pembuatan benang serta pembuatan zat warna. Pembuatan benang
secara tradisional dengan menggunakan pemberat yang diputar-putar dengan
jari-jari tangan. Pemberat tersebut berbentuk seperti gasing terbuat dari kayu
atau terakota. Bahan membuat benang selain dari kapas, bisa juga dari kulit
kayu, serat pisang, serat nanas, daun palem dan sebagainya. Pembuatan zat
warnanya terdiri dari dua warna yaitu biru dan merah. Warna biru didapatkan
dari indigo atau Mirinda citrifonela atau mengkudu. Selain itu ada juga pewarna
dari tumbuhan lain, seperti kesumba (sono keling). Motif kain songket Lombok
bermacam-macam, ada motif ayam, motif kembang delapan, motif kembang empat dan
masih banyak lagi motif-motif lainnya.
Gerabah Banyumulek
Kain Songket Motif Ayam
Sarung Tenun
Tenun dari sutera
Pakaian adat Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah Pakaian Adat Lombok. Sedangkan
Rumah Adat Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah Rumah Dalam Loka.
Rumah Adat Dalam Loka
Lagu daerah provinsi Nusa Tenggara Barat antara lain Pai Mura Rame,
Desaku, Tutu Koda, Helele U Ala de Teang, Potong bebek, Anak Kambing Saya, O
Nina Noi, Lereng Wutun, Bole Lebo, O Re Re dan Tebe Ona Na.
Provinsi ini mempunyai alat music khas daerah seperti provinsi yang lainnya.
Alat musik tersebut dinamakan Cungklik.
· Upacara U’a Pua
Upacara U’a
Pua merupakan sebuah tradisi masyarakat Lombok yang dipengaruhi oleh ajaran
Islam. Upacara U’a Pua dilaksanakan bersamaan dengan Peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW yang juga dirangkai dengan penampilan atraksi Seni Budaya
masyarakat Suku Mbojo (Bima) yang berlangsung selama 7 hari.Prosesi U’a Pua
diawali dengan Pawai dari Istana Bima yang diikuti oleh semua Laskar Kesultanan,
Keluarga Istana, Group Kesenian Tradisional Bima dengan dua Penari Lenggo yang
dilengkapi dengan Upacara Ua Pua. Selama proses pawai berlangsung Group
Kesenian terus memainkan Genda Mbojo, Silu dan Genda Lenggo. Ketika memasuki
Istana, Penunggang Kuda menari dengan suka ria (Jara Sara’u), Sere, Soka dan
lain-lain sampai Ketua Rombongan bertemu dengan Sultan yang diiringi dengan
Penari Lenggo. Pada sa’at itu diserahkan ”Sere Pua” dan Al-Qur’an kepada
Sultan.
·
Upacara
Perang Topat
Upacara
Perang Topat adalah salah satu upacara yang dilakukan oleh orang Sasak.
Perang Topat
adalah upacara ritual sebagai perwujudan rasa terima kasih kepada tuhan atas
kemakmuran berupa tanah yang subur, banyak hujan.
Upacara
Perang Topat ditampilkan di Taman Lingsar oleh Masyarakat Hindu, Masyarakat
Sasak dengan saling melemparkan Topat (Ketupat).
Upacara ini
berlangsung setelah selesai “Pedande” memuja yaitu selama periode “Rokok
Kembang Waru” sekitar pukul 17.30. Perang Topat dilaksanakan setiap tahun pada
saat purnama ke 6 menurut Kalender Sasak atau sekitar Bulan Nopember –Desember.
· Bau Nyale
Upacara
tahunan khas Sasak, antara Februari-Maret, di Pantai Seger Kuta, sekitar 65 km
dari Mataram.
Menurut
legenda, Nyale atau cacing laut merupakan reinkarnasi dari Putri Mandalika
yaitu seorang Putri yang cantik dan berbudi luhur. Ia menceburkan dirinya ke
laut karena tidak ingin mengecewakan para pangeran yang memperebutkannya.
Kemunculannya di pantai selatan Pulau Lombok hanya
terjadi sekali setahun ditandai dengan keajaiban alam sebagai suatu karunia
Tuhan kepada hambanya. Bagi masyarakat Lombok Selatan banyaknya Nyale yang
muncul merupakan karunia Tuhan sebagai tanda akan mendapatkan hasil panen yang
baik
Provinsi ini memiliki banyak makanan khas. Diantaranya
adalah :
1. Sate
Bulayak adalah makanan tradisional khas Nusa Tenggara
Barat yangterbuat
dari daging sapi yang dilumuri dengan bumbu khas
Lombok dandisajikan dengan lontong. Bulayak
sendiri ternyata diambil dari nama lontong khas yang mendampingi hidangan
satenya. Bulayak ini mirip dengan lontong biasa, akan tetapi lebih mungil
dengan bentuk mengerucut. Dibungkusnya pun tidak menggunakandaun pisang tetapi
menggunakan daun aren dengan lilitan berbentuk spiral sehingga untuk membukanya
harus dengan gerakan memutar, teksturnya yang lembut serta gurihnya (yang
katanya karena penggunaan daun arensebagai bungkusnya) , dengan bumbu kacang
yang merupakan bumbusatenya. Satenya sendiri pada umumnya adalah sate ayam atau
sapi, terkadang diberikan jeroan juga. Yang unik memang ada di bumbunya, bumbu
kacangnya tidak biasa. Terbuat dari kacang tanah sangrai tumbuk yangdirebus
bersama santan serta beberapa bumbu dapur lainnya. Rasanyasekilas jadi seperti
bumbu kari. Sate ini terdapat di kota Mataram.
2. Ayam
Taliwang adalah makanan berbahan
dasar ayam yang disajikan bersama
bumbu-bumbunya berupa cabai merah kering, bawang merah, bawang putih,
tomat merah , terasi goring , kencur , gula Jawa, dan garam Disebut Ayam
Taliwang karena masakan ayam berbumbu ini berasal dari Kampung Karang Taliwang
, Kelurahan Cakra Utara , Kecamatan Cakranegara , Kota Mataram , Nusa
Tenggara Barat (NTB). Ada cerita, bumbu ayam dahulu kala ditemukan oleh H
Murad(alrmarhum) dan istrinya, Salmah dari Karang Taliwang, tetapi
waktunyatidak dapat dirunut lagi.
3. Plecing
kangkung adalah masakan khas Indonesia yang berasal dari Lombok . Plecing kangkung terdiri dari
kangkung yang direbus dan disajikan dalam keadaan dingin dan segar dengan saus sambal terasi, tomat, toge,kacang, dan
jeruk nipis.
4. Jaje
Tunjak Lapis poteng
Makanan khas Lombok Timur ini selalu hadir saat
Lebaran. Bentuknya mirip penganan Betawi, tapai uli, yakni tapai ketan yang
dimakan bersamaketan kukus. Jaje tunjak dibuat dari ketan bercampur
parutan kelapa, dan dikukus dengan sedikit garam. Sedangkan poteng adalah tapai
ketan yang dalam proses pembuatannya dicampur dengan perasan daun satu
atau daun sager. Rasanyamanis dan gurih.
5.
"SATE PUSUT"
Pulau Lombok yang merupakan salah satu daerah di
Porvinsi NusaTenggara Barat (NTB) memiliki banyak makanan-makanan tradisional
yang khas. Salah satu menu makanan khas daerah setempat adalah sate pusut.Cara
masak sate ini layaknya juga sate pada umumnya , yakni dibakar atau dipanggang.
Tapi yang membedakan sate ini dengan sate lainnya , adalah rasanya. Rasa sate
pusut sangat lezat. Menurut para penjual sate pusut di Lombok , untuk membuat
sate sebanyak enam porsi dibutuhkan bahan berupa 500 gram daging has , enam
lembar daun jeruk , 150 mililiter santan , satu sendok garam , satu sendok gula
merak , setengah sendok lada dan daun jeruk nipis secukupnya. Sementara itu,
bumbu yang terdiri delapan bawang merah, empat siung bawang putih, enam
cabai merah dan ketumbar secukupnya, dihaluskan. Cara membuat sate pusut,
daging diiris tipis selebar sekitar tiga centimeter dan dipukul sampai
melebar. Daging itu kemudian diaduk dengan bumbuhalus, santan, daun jeruk,
garam, dan lada, sampai rata.Setelah didiamkan sekitar seperampat jam, daging
ditusukkan ke tusukansate. Tiap tusuk sekitar 3-4 potong. Jika sudah
ditusukkan, maka dagingsudah siap dibakar/dipanggang sampai matang.
6. Sate
Tanjung
Sebagian masyarakat menyebut menu masakan sate dengan
bahan baku yang dibuatnya, seperti sate kambing, sate ayam, sate ikan dan
lainsebagainya. Tapi, ada pula sebagian masyarakat menyebut sate dengan cita
rasa yang dibawa dari daerah asal , seperti Sate Madura dan SateTanjung di
Lombok. Nah, lain daerah lain pula citarasanya. Sate Tanjung misalnya,
sate berbahan baku ikan ini juga memiliki cita rasa khas, gurih dan
pedas. Nama Tanjung yang merupakan nama salah satu daerah di Kabupaten
Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, itu selalu melekat dalam nama menu masakan
sate ini. Sebab, selain cita rasanya yang khas, menu ini diyakini juga asli
daerah Tanjung adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lombok Utara , sedangkan
Kabupaten Lombok Utara sendiri sebelumnya merupakan wilayah Kabupaten Lombok
Barat. Kabupaten Lombok Utara merupakan pemekaran dari Kabupaten Lombok Barat.
Peresmian pemekaran itu berbarengan dengan pelantikan H Lalu Bakri sebagai
Penjabat Bupati pada 30 Desember 2008. Sepanjang jalan dari
perempatanPamenang menuju pusat Kota Lombok Utara, banyak penjual sate ikan.
Salah satu yang sudah lama menjanjakan menu masakan ituadalah di tepi jalan
Pasar Tanjung.Sate Tanjung diantaranya berbahan baku ikan cakalang, santan
, merica , bawang putih dan rempah-rempah. Cara memasaknya pun
relatif mudah. Ikan cakalang yang sudah dipotong-potong dicampur bumbu dan
selanjutnya dipanggang. Sate ikan cakalang khas Tanjung enak untuk dinikmati
dalam keadaan panas bersama lontong atau nasi, sesuai selera. Rasa gurih
dari daging dansantan serta pedas dari merica dan rempah-rempah sangat terasa.
7. Nasi
Terara
Nasi putih, sayur bening komaq, ayam kuah pedas
berikut ayam goreng,makanan-makanan ini bisa kita temukan di Mataram, Ibukota
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) ke Kabupaten Lombok Timur, maka akan
melintasi kawasan Kecamatan Terara. Sayur bening komaq adalah
sayur bening yang bahannya dari kacang-kacangan. Sedangkan ayam kuah
pedas berbahan daging ayam muda dimasak santan dengan cabe yang cukup
pedas.Sementara ayam goreng juga berbahan daging ayam muda tapi digoreng kering
dan renyah.
Sama seperti halnya Provinsi lain, Kepulauan Nusa Tenggara Barat juga memiliki
berbagai obyek wisata yang indah. Tempat wisata alam tersebut antara lain :
* Pantai Senggigi
Pantai
senggigi merupakan salah satu pantai yang terkenal di Lombok. Pantai ini
terletak kurang lebih 12 kilometer dari pusat kota Mataram (Ibukota Provinsi
NTB). Pesisir pantai ini masih cukup asri dan pemandangan bawah lautnya cukup
indah, sehingga kita dapat melakukan aktivitas snorkeling atau kano ketika
ombak tidak terlalu besar. Suasana romantis pun dapat kita temukan saat mataari
terbenam dipantai ini. Di sekitar pantai senggigi yang terbentang sepanjang 10
km ini dapat kita temukan berbagai hotel berbintang serta hotel kelas melati
yang harganya cukup terjangkau. Selain itu, terdapat juga café, night club,
serta pasar seni senggigi yang berada di wilayah jalan raya Senggigi.
* Batu Bolong
Masih berada di wilayah Pantai Senggigi, dapat kita
juga tempat yang bernama Batu Bolong. Tempat ini merupakan batu karang yang terdapat
lubang ditengahnya sehingga dinamakan Batu Bolong. Di tempat ini terdapat
sebuah pura yang dijadikan sebagai tempat sembahyang para umat hidhu. Keunikan
batu karang yang bolong itu menjadikan tempat ini banyak dikunjungi wisatawan.
Dan dari sini pula dapat terlihat pemandangan Gunung Agung yang berada di Bali.
* Gili Trawangan
Di Lombok, terdapat pulau-pulau kecil atau sering
disebut gili oleh masyarakat Lombok dan sekitarnya. Ada 3 (tiga) gili yang
terkenal di pulau Lombok, yaitu Gili Trawangan, Gili Meno, serta Gili Air. Gili
Trawangan merupakan gili terbesar dari ketiga gili yang ada dengan panjang 3 km
dan lebar 2 km. Tempat ini dapat ditempuh sekitar setengah jam dari Bangsal
(sebuah dermaga yang terletak di wilayah Senggigi). Pulau ini terkenal dengan
julukan ‘Party Island’ karena suasana pesta dapat kita jumpai setiap malam.
Selain itu, panorama bawah laut yang indah serta gradasi pantainya, membuat
pulau ini sering dikunjungi dan dijadikan tempat diving oleh wisatawan, baik
lokal maupun asing. Di pulau ini tidak terdapat kendaraan bermotor karena
sarana transportasi yang biasa digunakan adalah sepeda serta cidomo (kereta
kuda).
* Taman Narmada
Selain pantai, Lombok juga mempunyai tempat wisata
yang bernama Taman Narmada. Tempat ini terkenal karena terdapat sumber air yang
dikatakan sebagai sumber air awet muda karena banyak yang percaya bahwa air
tersebut berkhasiat untuk awet muda. Taman Narmada terletak di 10 kilometer
dari pusat kota. Konon katanya, tempat ini merupakan replika dari Gunung
Rinjani dan dibangun oleh Raja Anak Agung Gde Ngurah Karangasem. Tempat ini
dibangun karena raja tersebut sudah terlalu tua dan tidak dapat melakukan
ritual di Gunung Rinjani lagi. Taman ini terdiri dari beberapa bangunan yang
dulu digunakan sebagai tempat peristirahatan raja. Tempat ini cocok dijadikan
sebagai tempat rekreasi karena didalamnya juga terdapat kolam renang serta
outbound.
* Gunung Rinjani
Gunung Rinjani merupakan gunung tertinggi ketiga di
Indonesia yang terletak di bagian utara Pulau Lombok. Gunung ini menjadi salah
satu gunung terfavorit bagi para trecking atau pendaki gunung karena keindahan
panoramanya serta keindahan Danau Segara Anak yang terletak di tengah-tengah
gunung tersebut. Gunung ini memiliki ketinggian sekitar 3.762 meter dpl. Untuk
menuju kesana, kita dapat menempuh dua rute, yaitu rute Senaru serta rute
Sembalun.
*AirTerjunSendangGile
Air Terjun Sendang Gile terletak di desa Senaru dan
masih berada dalam kawasan Gunung Rinjani. Tempat ini dapat ditempuh sekitar 2
jam perjalanan dari kota Mataram. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 31
meter, sehingga deburan airnya cukup deras. Karena masih berada di daerah
pegunungan, air di wilayah ini cukup dingin. Suasana pegunungan serta suhu
udara yang dingin dilokasi ini dapat membuat kita betah untuk menikmati lokasi
air terjun tersebut. Namun sayangnya, untuk menuju dan meninggalkan tempat ini
kita harus melewati sekitar 315 anak tangga yang membuat tenaga kita cukup
terkuras. Namun, keindahan pemandangan yang kita dapatkan di tempat ini akan
membayar rasa lelah yang kita rasakan.
* Pura
Lingsar
Pura Lingsar adalah salah satu objek wisata historikal
dan budaya di daerah lombok barat,pura ini terletak sekitar 15 km dari mataram,
Nusa tenggara Barat. Menurut cerita yang saya dapat dari warga sekitar, pura
ini dibangun sekitar tahun 1759 oleh Anak Agung Ngurah. Anak agung ngurah ini
adalahraja dari kerajaan karang asem pada saat itu.
Dalam Pura ini mengalir sebuah mata air yang dianggap
suci oleh sebagian penduduk karena dipercaya mampu memberikan peruntungan. Di
dalam mata air tersebut, ada ikan julit (ikan yang mirip belut) yang berumur
ratusan tahun. Apabila seorang wisatawan mengunjungi kolam ini dan ikan
tersebut kebetulan keluar, ini menandakan kebaikan bagi wisatawan itu.
Karenanya, para wisatawan biasanya menggunakan berbagai cara agar ikan tersebut
bisa keluar, di antaranya memancingnya dengan sebutir telur.
* Taman Air
Mayura
Berkunjung ke Provinsi Nusa
Tenggara Barat akan semakin lengkap bila anda menyempatkan diri mampir ke
Taman Air Mayura. Mayura adalah paduan unik dan khas dari konsep taman,
kolam serta pura ibadah. Bangunan yang masih kental dengan corak Bali,
Jawa dan Lombok ini dibangun pada masa ketika Kerajaan Bali masih berkuasa
di Pulau Lombok, tepatnya pada tahun 1744 M. oleh Raja A.A. Made
Karangasem. Bangunan ini pada awalnya bernama Taman Istana Kelepug. Nama
tersebut diambil dari suara yang muncul (kelepug-kelepug) karena
derasnya air yang keluar dari mata air di tengah kolam dalam taman tersebut.
Pada masa Kerajaan Mataram,
taman ini mengalami proses renovasi sekitar tahun 1866 yang dititahkan
langsung oleh Raja A.A. Ngurah Karangasem. Tidak hanya bangunan fisik, nama
Istana Kelepugpun diganti menjadi Istana Mayura. Kata â€Å“mayuraâ€� sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta yang
berarti burung merak. Konon, pada masa Raja A.A. Ngurah Karangasem,
banyak ular berkeliaran di taman Istana sehingga mengganggu aktivitas kerajaan.
Beberapa penasehat menyarankan agar di sekitar taman ini dipelihara
burung merak yang suka memangsa ular sehingga Istana menjadi aman.
Letaknya yang strategis serta
nilai sejarah yang banyak terkandung di dalamnya menjadikan lokasi wisata
ini sering dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Demikianlah sekilas info mengenai kebudayaan daerah Provinsi
Nusa Tenggara Barat. Kalau ada yang kurang , mohon kritiknya dari pembaca.
Makasih ^^
Seni Pertunjukan Di Arena Budaya
KESENIAN dan budaya sebuah daerah bisa
mencirikan jati diri daerah tersebut. Kesenian dan budaya merupakan gerbang
utama untuk menarik perhatian para wisatawan untuk melakukan kunjungan ke
daerah tersebut. Juga bersifat mempererat tli persahabatan dan kebersamaan
dalam masyarakat. Seperti diketahui bersama, indonesia memiliki beragam
kesenian dan budaya yag tersebar di seluruh provinsi dan daerah-daerah. Tiap
daerah tentu saja memiliki kesenian dan kebudayaan masing-masing.
Kesenian
dan budaya tersebut banyak dikenal oleh masyarakat melalui banyak cara. Mulai
dari membaca buku, majalah atau koran. Ada juga yang mengetahinya melalui
tontonan pertunjukan secara langsung ataupun melalui media televisi. Dengan
begitu, masing-masing masyarakat yang berasal dari daerahnya dapat saling
mengenal kesenian dan kebudayaan dari daerah lain, bagitu pula sebaliknya.
Kota
mataram sebagi ibukota provinsi Nusa Tenggara Barat hingga kini masih
terus memberikan perhatian terhadap perkembangan dan kemajuan kesenian dan
kebudayaan yang ada di kota ini. Bukan hanya kesenian dan kebudayaan yang
berasal dari pulau lombok saja, namun juga kesenian yang berasal dari bali,
sumbawa dan Dompu-bima.
Untuk
memperkenalkan kesenian dan kebudayaan yang anda, terdapat sebuah gedung yang
biasa disebut dengan nama gedung arena budaya.
Arena
budaya kerap dijadikan lokasi dalam melakukan pertunjukan kesenian dan
kebudayaan. Jenisnya pun sangat beragam. Mulai dari pertunjukan seni musik,
seni tari, seni lukis, seni peran atau teater, seni fotografi maupun
bentuk-bentuk kesenian lainnya. Arena buadaya dibangun bertujuan untuk
memberikan informasi tentang seeni dan budaya, ajng belanja dan bertukar
pengetahuan dan wadah untuk mengembangkan bakat warga dan masyarakat yang ada
di kota mataram dan NTB umumnya.
Tidak
sia-sia, keberadaan arena bud aya hingga saat ini telah banyak memberikan
dampak posotif bagi kmajuan kesenian dan kebudayaan di Mataram. Arena budaya
hingga kini telaah menjadi wadah mempertunjukkan beragam kesenian serta bermacam-macam
kebudayaan kepada masyarakat mataram. Selain masyarakat yang berasal dari kota
mataram, pertunjukan seni dan budaya yag kerap menggali informasi tentang
beragam kebudayaan dan kesenian yang ada.
Bahkan
tidak jarang dari para wiasatawan tersebut belajar beberapa kesenian serta
kebudayaan yang sering dipertunjukkan di gedung ini. Wisatawan yang datang
berlibur ke kota ini berasal dari berbagai daerah di indonesia, namun yang
terbayak dari mancanegara.
Jika
anda berkunjung ke gedung arena budaya ini, tentunya akan menyenangkan dengan
menyaksikan berbagai jenis kesenian yang dipertunjukkan di sini. Selain itu,
tentu pengetahuan anda akan kesenian an budaya yang berasal dari lombok, bali,
dompu-bima dan sumbawa, semakin bertambah.
Lokasi
gedung arena budaya berada di pusat kota mataram. Untuk mencapai lokasi ini,
anda bisa menggunakan taksi menuju jalan majapahit. (Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Mataram / Buku Ayo Ke Mataram).
Upacara Adat
Ada beberapa
upacara adat yang biasa di lakukan oleh masyarakat NTB untuk memperingati
hari-hari tertentu seperti : Upacara U’a Pua dan Upacara Perang Topat.
Upacara U’a
Pua merupakan
sebuah tradisi masyarakat Lombok yang dipengaruhi oleh ajaran Islam. Upacara
U’a Pua dilaksanakan bersamaan dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang
juga dirangkai dengan penampilan atraksi Seni Budaya masyarakat Suku Mbojo
(Bima) yang berlangsung selama 7 hari.Prosesi U’a Pua diawali dengan Pawai dari
Istana Bima yang diikuti oleh semua Laskar Kesultanan, Keluarga Istana, Group
Kesenian Tradisional Bima dengan dua Penari Lenggo yang dilengkapi dengan
Upacara Ua Pua. Selama proses pawai berlangsung Group Kesenian terus memainkan
Genda Mbojo, Silu dan Genda Lenggo. Ketika memasuki Istana, Penunggang Kuda
menari dengan suka ria (Jara Sara’u), Sere, Soka dan lain-lain sampai Ketua
Rombongan bertemu dengan Sultan yang diiringi dengan Penari Lenggo. Pada sa’at
itu diserahkan ”Sere Pua” dan Al-Qur’an kepada Sultan.
Upacara
Perang Topat adalah salah satu upacara yang dilakukan oleh orang
Sasak. Perang Topat adalah upacara ritual sebagai perwujudan rasa terima kasih
kepada tuhan atas kemakmuran berupa tanah yang subur, banyak hujan. Upacara
Perang Topat ditampilkan di Taman Lingsar oleh Masyarakat Hindu, Masyarakat
Sasak dengan saling melemparkan Topat (Ketupat). Upacara ini berlangsung
setelah selesai “Pedande” memuja yaitu selama periode “Rokok Kembang Waru”
sekitar pukul 17.30. Perang Topat dilaksanakan setiap tahun pada saat purnama
ke 6 menurut Kalender Sasak atau sekitar Bulan Nopember –Desember.
Alat Musik
NTB pun
memilikibanyak alat musik tradisional yang berasal dari daerah ini, kali
ini saya akan membahas beberapa alat music diantaranya :
Genggong pada
umumnya hanya memainkan lagu-lagu yang berlaras Slendro. Untuk membunyikannya,
genggong dipegang dengan tangan kiri dan menempelkannya ke bibir. Tangan kanan
memetik lidahnya dengan jalan menarik tali benang yang diikatkan pada ujungnya.
perubahan nada dalam melodi genggong dilakukan dengan mengolah posisi atau
merubah rongga mulut yang berfungsi sebagai resonator.
Idiokordo adalah Alat
musik yang seperti siter berdawai tiga dengan cara di petik.
Alat musik ini disebut juga Tatabuhan.
Sarone adalah
sebuah alat musik tiup. Alat musik ini termasuk golongan aerofon
yang berlidah. Sarone, dibuat dari dua bahan pokok yaitu buluh ( jenis
bambu kecil) dan daun lontar. Terdapat lubang di alat music ini, ada yang
berlubang 5 bahkan 6.
Sudah dijelaskan
beberapa kebudayaan dan kesenian yang ada di daerah Nusa Tenggara Barat.
Sebenarnya masih banyak kesenian dan kebudayaan yang di miliki oleh daerah ini,
namun saya hanya menyebutkan beberapa diantaranya. Dengan kemajuan teknologi
yang ada saat ini kita mampu mengetahui kebudayaan yang ada di Indonesia itu
dengan mudah, dan mampu membuat kita bangga dengan kekayaan budaya yang di
miliki Tanah Air, dan mampu membuat kita lebih cinta dengan Tanah Air. Dan
sebagai generasi penerus bangsa yang baik sudah sepatutnya kita menjaga dan
melestarikan budaya leluhur agar tidak punah dimakan oleh era modern dan budaya
asing yang semakin meningkat
Ragam Kesenian
2.9.1. Slober
Kesenian
slober adalah salah satu jenis musik tradisional Lombok yang tergolong cukup
tua, alat-alat musik nya sangat unik dan sederhana yang terbuat dari pelepah
enau yang panjang nya 1 jengkal dan lebar 3 cm.
Kesenian
slober didukung juga dengan peralatan lainnya yaitu gendang, petuk, rincik,
gambus, seruling. Nama kesenian slober diambil dari salah seorang warga desa
Pengadangan Kecamatan Pringgasela yang bernama Amaq Asih alias Amaq Slober.
Kesenian ini salah satu kesenian yang masih eksis sampai saat ini yang biasanya
dimainkan pada setiap bulan purnama.
2.9.2. Tari Jangger
Kesenian tari jangger
ini masih dipertahankan sebagai tontonan yang biasanya dipentaskan pada acara
perkawinan, sunatan, ulang tahun dan Iain-lain. Kesenian ini merupakan tarian
yang dilakukan oleh perempuan yang melantunkan tembang-tembang yang di iringi
oleh musik gamelan Lombok.
Kesenian
tari jangger ini sekarang pementasannya tidak hanya dilakukan pada
acara tertentu saja melainkan sudah masuk dalam agenda yang dilakukan di
kantor-kantor atau hotel-hotel dalam rangka menghibur para tamu.
2.9.3. Tari Wura Bongi Monca
Seni
budaya tradisional Bima berkembang cukup pesat pada masa pemerintahan sultan
Abdul Kahir Sirajuddin, sultan Bima ke-2 yang memerintah antara tahun 1640-1682
M. Salah satunya adalah Tarian Selamat Datang atau dalam bahasa Bima dikenal
dengan Tarian Wura Bongi Monca. Gongi Monca adalah beras kuning. Jadi tarian
ini adalah Tarian menabur Beras Kuning kepada rombongan tamu yang datang
berkunjung.
Tarian ini biasanya digelar pada acara-acara penyabutan tamu baik secara formal
maupun informal. Pada masa kesultanan tarian ini biasa digelar untuk menyambut
tamu-tamu sultan. Tarian ini dimainkan oleh 4 sampai 6 remaja putri dalam
alunan gerakan yang lemah lembut disertai senyuman sambil menabur beras kuning
kearah tamu, Karena dalam falsafah masyarakat Bima tamu adalah raja dan dapat
membawa rezeki bagi rakyat dan negeri.
2.9.4. Tari Lenggo
Tari
Lenggo ada dua jenis yaitu Tari Lenggo Melayu dan Lenggo Mbojo. Lenggo Melayu
diciptakan oleh salah seorang mubalig dari Pagaruyung Sumatera Barat yang
bernama Datuk Raja Lelo pada tahun 1070 H. Tarian ini memang khusus diciptakan
untuk upacara Adat Hanta UA Pua dan dipertunjukkan pertama kali di Oi Ule
(Pantai Ule sekarang) dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Lenggo Melayu juga dalam bahasa Bima disebut Lenggo Mone karena dibawakan oleh
4 orang remaja pria.
Terinspirasi dari gerakan Lenggo Melayu, setahun kemudian tepatnya pada tahun
1071 H, Sultan Abdul Khair Sirajuddin menciptakan Lenggo Mbojo yang diperankan
oleh 4 orang penari perempuan. Lenggo Mbojo juga disebut Lenggo Siwe. Nah,
jadilah perpaduan Lenggo Melayu dan Lenggo Mbojo yang pada perkembangan
selanjutnya dikenal dengan Lenggo UA PUA. Tarian Lenggo selalu dipertunjukkan
pada saat Upacara Adat Hanta UA PUA terutama pada saat rombongan penghulu
Melayu mamasuki pelataran Istana.
2.9.5. Rawa Mbojo
Salah
satu seni budaya Mbojo yang merupakan ajang hiburan masyarakat tempo dulu
adalah Rawa Mbojo. Seni ini adalah salah satu media penyampaian pesan dan
nasehat yang disuguhkan terutama pada malam hari saat-saat penen sambil
memasukkan padi di lumbung. Senandung Rawa Mbojo yang di-iringi gesekan Biola
berpadu dengan syair dan pantun yang penuh petuah adalah pelepasan lelah dan
pembeli semangat kepada warga yang melakukan aktifitas di tiap-tiap rumah.
Sebagai selingan, dihadirkan pula seorang pawang cerita yang membawakan
dongeng-dongeng yang menarik dan penuh makna kehidupan.
Syair
dan senandung Rawa Mbojo didominasi pantun khas Bima yang berisi nasehat dan
petuah, kadang pula jenaka dan menggelitik. Ini adalah sebuah warisan budaya
tutur yang tak ternilai unuk generasi. Dalam Rawa Mbojo terdapat beragam lirik
yang dikenal dengan istilah Ntoro. Ada Ntoko Tambora, Ntoko Lopi Penge, dan
Ntoko lainnya. Tiap Ntoko memiliki khas masing-masing. Misalnya Ntoko Tambora
dilantunkan dalam syair dan irama yang mengambarkan kemegahan alam. Ntoko Lopi
Penge mengambarkan suasana laut dan gelombang. Syair dan pantun yang
dilantunkan pun dikemukakan secara spontan sesuai keadaan. Itulah kelebihan
dari para pelantun Rawa Mbojo. Meskipun tidak bisa membaca dan menulis, namn
mereka sangan pawai melantunkannya secara spontanitas.
2.9.6. Hadrah Rebana
Jenis
atraksi kesenian ini telah berkembang pesat sejak abad ke-16. Hadrah Rebana
merupakan jenis atraksi yang telah mendapat pengaruh ajaran islam. Syair lagu
yang dinyanikan adalah lagu-lagu dalam bahasa Arab dan biasanya mengandung
pesan-pesan rohani. Dengan berbekal 3 buah Rebana dan 6 sampai 12 penari,
mereka mendendangkan lagu-lagu seperti Marhaban dan lain-lain. Hadrah Rebana
biasa digelar pada acara WA’A CO’I (Antar Mahar), Sunatan maupun Khataman
Alqur’an. Hingga saat ini Hadrah Rebana telah berkembang pesat sampai ke
seluruh pelosok. Hal yang menggembirakan adalah Hadrah Rebana ini terus
berkembang dan dikreasi oleh seniman di Bima. Dan banyak sekali karya-karya
gerakan dan lagu-lagu yang mengiringi permainan Hadrah Rebana ini.
Semua
atraksi kesenian dan tari-tarian ini oleh Pemerintah Kota Bima selalu di gelar
pada setiap perayaan hari-hari besar daerah, propinsi dan nasional bahkan untuk
menyambut para tamu-tamu pemerintahan, wisatawan dan kegiatan-kegiatan
ceremonial lainnya yang terpusat di Paruga Nae (tempat khusus pagelaran seni
budaya dengan arsitektur khas tradisional rumah adat Bima).
2.10. Tradisi Masyarakat
2.10.1.
Budaya
Nyongkolan di Lombok
Nyongkolan adalah sebuah kegiatan adat yang menyertai rangkaian
acara dalam prosesi perkawinan pada
suku sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat. kegiatan ini
berupa arak-arakan kedua mempelai dari rumah mempelai pria ke rumah mempelai
wanita, dengan diiringi keluarga dan kerabat mempelai pria, memakai baju adat,
serta rombongan musik yang bisa gamelan atau kelompok penabuh rebana, atau
disertai Gendang beleq pada kalangan bangsawan. Dalam pelaksanaannya,
karena faktor jarak, maka prosesi ini tidak dilakukan secara harfiah, tetapi
biasanya rombongan mulai berjalan dari jarak 1-0,5 km dari rumah mempelai
wanita.
Tujuan
dari prosesi ini adalah untuk memperkenalkan pasangan mempelai tersebut ke
masyarakat, terutama pada kalangan kerabat maupun masyarakat dimana mempelai
perempuan tinggal, karena biasanya seluruh rangkaian acara pernikahan dilaksanakan
di pihak mempelai laki-laki.
Masyarakat
yang akan melakukan nyongkolan semuanya memakai pakaian adat Lombok, yakni
untuk laki-laki memakai baju piama warna hitam, ikat kepala dan menyelipkan
keris baik di depan maupun di belakang, sementara perempuan memakai pakain baju
kebaya atau lambung.
Sebagian
peserta dalam prosesi ini biasanya membawa beberapa benda seperti hasil kebun,
sayuran maupun buah-buahan yang akan bibagikan pada kerabat dan tetangga
mempelai perempuan nantinya. Pada kalangan bangsawan urutan baris iring-iringan
dan benda yang dibawanya memiliki aturan tertentu.
Hingga
saat ini Nyongkolan masih tetap dapat ditemui di Lombok, iring-iringan
yang menarik masyarakat untuk menonton karena suara gendangnya ini biasanya
diadakan selepas dhuhur di akhir pekan. apabila anda melakukan perjalanan antar
kota do Lombok, maka bersiaplah untuk menghadapi kemacetan insidental akibat
Nyongkolan yang dapat anda temui sepanjang jalan, apabila di kahir pekan
tersebut banyak digelar pernikahan.
2.10.2.
Budaya
Ruah Segare
Ruah
Segare merupakan suatu tradisi masyarakat pesisir pantai
selatan kabupaten Lombok Tengah dengan melaksanakan upacara selamatan sebagai
ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas berkah yang berasal dari lautan
dan sekaligus sebagai upacara tolak bala atau mohon keselamatan bagi masyarakat
pesisir dimana laut sebagai lahan mata pencaharian mereka.
2.10.3.
Tarung
Peresean
Menjelang
tujuh belasan biasanya banyak acara-acara agustusan digelar buat meriahkan hari
kemerdekaan. Acara yang paling ditunggu-tunggu adalah Tarung Peresean, biasanya
tarung ini pastilah helatan pemerintah karena acara ini melibatkan
petarung-petarung dari berbagai desa. Peresean adalah pertarungan antara dua
orang yang bersenjatakan alat pemukul (sebilah tongkat) dari rotan (penjalin)
dengan tameng dari bahan kulit sapi/kerbau.
Peresean
juga bagian dari upacara adat di
pulau Lombok dan termasuk dalam seni tarian suku sasak. Seni peresean ini
menunjukkan keberanian dan ketangkasan seorang petarung (pepadu), kesenian ini
dilatar belakangi oleh pelampiasan rasa emosional para raja dimasa lampau
ketika mendapat kemenangan dalam perang tanding melawan musuh-musuh kerajaan,
disamping itu para pepadu pada peresean ini mereka menguji keberanian,
ketangkasan dan ketangguhan dalam bertanding. Yang unik dalam pertarungan ini
adalah pesertanya tidak dipersiapkan sebelumnya alias para petarung diambil
dari penonton sendiri, artinya penonton saling tantang antar penonton sendiri
dan salah satu pemain akan kalah jika kepala atau anggota badan sudah
berdarah-darah.
2.10.4.
Barempok
Barempok
adalah suatu tradisi masyarakat petani di Sumbawa Bagian Barat
yang menggunakan ikatan padi sebagai alat saling memukul (bertinju) untuk
mengungkapkan rasa gembira atas hasil panen yang mereka peroleh.
2.10.5.
Pesta
Ponan
Kalangan
petani di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat memiliki tradisi unik untuk memohon
kesuburan hasil pertanian mereka. Tradisi yang dikenal dengan pesta ponan ini
digelar warga setiap datangnya musim tanam. Bahkan tradisi tersebut saat ini
akan dimasukan sebagai salah satu kalender wisata Sumbawa.
Tradisi ponan yang
diikuti ribuan petani di Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa ini digelar
disebuah bukit yang disebut bukit ponan. Di bukit ini terdapat beberapa makam
ulama yang dipercaya sebagai nenek moyang warga Sumbawa. Salah satu makam yang
paling dikeramatkan warga adalah makam Haji Batu yang terdapat tepat diatas
bukit ponan.
Ribuan warga ini
datang dengan membawa sesajian berupa enam jenis makanan dan buah-buahan yang
digunakan dalam upacara ponan. Seluruh makanan tersebut ditempatkan dalam
sebuah altar yang terdapat didalam komplek pemakaman tersebut.
Upacara ponan diawali
dengan dzikir dan doa yang dipimpin oleh pemuka adat dan kyai. Usai doa, warga
kemudian melakukan ritual membaca pujian kepada seluruh leluhur mereka dalam
bahasa Kasanmawa yang kemudian dilanjutkan dengan pembagian makanan keseluruh
warga dan ditutup dengan makan bersama.
Uniknya tidak semua
makanan dihabiskan, tapi sebagian dibawa pulang, untuk ditebarkan di ladang dan
sawah mereka. Mereka percaya makanan keramat ini bisa menyuburkan ladang mereka
dan menghindarkan mereka dari segala bencana. "Menurut keyakinan warga,
makanan yang dilempar ke sawah akan menyuburkan tanah dan ladang" kata
Tokoh Adat, Hatta Jamal.
Tradisi ponan ini
hingga saat ini masih terus digelar pada setiap musim tanam. Bahkan rencananya,
tradisi ponan ini akan dimasukan dalam kalender wisata Sumbawa.
2.10.6.
Pacoa
Jara
Sebagai daerah penghasil ternak
kuda, masyarakat Kab. Bima melestarikan dan membudayakan Pacoa Jara Tradisional
atau yang biasa kita kenal dengan pacuan kuda sebagai suatu atraksi budaya yang
unik, untuk mengungkapkan rasa kegembiraan menyambut hari – hari besar seperti
memperingati HUT Kemerdekaan RI dan Hari Jadi Kabupaten Bima, yang uniknya joki
yang digunakan adalah anak-anak usia dibawah 10 tahun namun tidak kalah
dibandingkan dengan joki professional.
Pacoa
Jara merupakan istilah Dompu untuk pacuan kuda. Pesertanya selain berasal dari
Dompu juga datang dari berbagai daerah seperti Bima, Sumbawa, Taliwang, dan
Lombok.
Jumlah
peserta tahun ini mencapai 511 kuda yang terbagi dalam 12 kelas, mulai dari
kelas terendah ‘TK’ (tinggi kuda rata-rata 1,12 centimeter dan berumur di bawah
dua tahun) hingga kelas tertinggi ‘C’ (kuda dewasa dengan tinggi rata-rata 1,30
centimeter). Lomba balap kuda ini berlangsung selama seminggu menggunakan sistem
gugur tiap kelasnya.
Pacoa
Jara di Dompu telah berlangsung secara turun temurun. Meski pacuan kuda kini
semakin modern baik dari segi perlombaan maupun keselamatan joki, namun Pacoa
Jara tetap bertahan dengan segala budayanya. Tradisi leluhur yang tidak luntur.
Perkampungan
Orang Sasak
Rumah-rumah
yang ada di Sasak sangat berbeda dengan orang-orang Bali. Di dataran, rumah
orang Sasak cenderung luas dan melintang. Desa-desa di gunung terpencil tertata
rapi dan mengikuti perencanaan yang pasti. Di bagian utara, tata ruang
desa-desa pegunungan yang ideal terdiri atas dua baris rumah (bale),
dengan sederet lumbung padi di satu sisi. Dan di antara rumah-rumah ada
sederet balai bersisi terbuka (beruga) dibagun di atas enam tiang.
Bagunan lain di desa adalah rumah besar (bale bele) milik para pejabat
keagamaan, yang konon didiami arwah leluhur yang sakti. Semtara makam leluhur
yang sebenarnya merupakan rumah-rumah kayu dan bambu kecil dibangun di atasnya.
Sebenarnya
diberbagai bagian Indonesia, rumah Sasak tidak berjendela dan gelap. Digunakan
terutama untuk memasak, tidur, dan penyimpanan pusaka masyarakat menghabiskan
sangat sedikit waktu di dalam rumah sepanjang hari. Balai terbuka menyediakan
panggung tempat duduk untuk kegiatan sehari-hari dan hubungan sosial.
Balai juga digunakan untuk tidur dan untuk upacara: jenazah diletakan disini
sebelum dipindahkan ke pekuburan.
Di desa-desa
bagian selatan, panggung di bawah lumbung padi berperan sama dengan balai. Di
bagian utara (tidak semua desa di utara memiliki lumbung padi). Ada empat jenis
dasar lumbung dengan ukuran yang berbeda-beda. Yang paling besar biasanya milik
orang kaya atau keturunan bangsawan. Semua, kecuali jenis lumbung padi kecil,
memiliki panggung di bawah.
a. Lumbung
Padi
Lumbung Padi
Suku Sasak
lumbung padi
menjadi ciri pembeda arsitektur suku Sasak. Bangunan itu dinaikan pada
tiang-tiang dengan cara khas Austronesia dan memakai atap berbentuk
“topi” yang tidak lazim, ditutup dengan ilalang. Empat tiang besar menyangga
tiang balok melintang di bagian atas, tempat kerangka, atap penopang dengan
kaso bambu bersandar.
Satu-satunya
bukaan adalah sebuah lubang persegi kecil yang terletak tinggi di atas ujung
sopi-sopi, yang merupakan tempat penyimpanan padi hasil panen. Piringan
kayu yang besar (jelepreng) disusun di atas puncak tiang dasar untuk
mencegah hewan pengerat mencapai tempat penyimpanan padi.
Rumah Adat
Suku Sasak
b. Rumah
Rumah orang
Sasak, yang berdenah persegi, tidak lazim dibandingkan dengan bentuk arsitektur
asli daerah lain. Dalam hal ini di dalamnya tidak disangga oleh tiang-tiang.
Bubungan atap curam dengan atap jerami berketebalan kurang lebih 15 cm,
menganjur ke dinding dasar yang menutup panggung setinggi sekitar satu meter
setengah terbuat dari campuran lumpur, kotoran kerbau, dan jerami yang
permukaannya halus dan dipelitur. Perlu tiga atau empat langkah untuk mencapai
ke rumah bagian dalam (dalam bale) di atas panggung ini, yang ditutup
dinding anyaman bambu, dan sering kali dilengkapi dengan daun pintu ganda yang
diukir halus.
Anak
laki-laki tidur di panggung di luar dalam bale; anak perempuan di
dalamnya. Rumah bagian dalam berisi tungku di sisi sebelah kanan. Dengan rak
untuk mengeringkan jagung di atasnya. Di sisi sebelah kiri dibagi untuk kamar
tidur bagi para anggota rumah tangga, berisi sebuah rumah tidur dengan rak
langit-langit untuk menyimpan benda-benda pusaka dan berharga di atasnya.
Bagian ini merupakan tempat untuk melahirkan anak. Kayu bakar disipan di bagian
belakang rumah, di bawah panggung.
Mesjida Suku
Sasak
c. Masjid
Wetu Telu
Sebanyak
kurang lebih 28.000 orang Sasak taat pada bentuk sinkretis islam yang
ditunjukan dalam Wetu Telu, yang menggabungkan hindu dan kepercayaan animisme
asli. Masjid Wetu Telu sering dibangun dengan gaya asli dari kayu dan bambu,
serta atap terbuat dari alang-alang atau sirap bambu. Dengan bentuk denah
persegit empat dan atap piramid tumpang yang di sangga dengan empat tiang,
apabila diperhatikan maka akan terlihat mirip dengan masjid lama Ternate dan
Tidore.
Kesenian
Tradisional
Hingga saat
ini di Lombok yang terkenal suku Sasak memiliki berbagai macam budaya
daerah.Merupakan aset daerah yang perlu dilestarikan sebagai peninggalan nenek
moyang. Kebudayaan Sasak bukan hanya milik Lombok, melainkan sudah
termasuk ke dalam kebudayaan Indonesia. Berikut adalah beberapa kebudayaan yang
masih berkembang di suku Sasak.
a. Bau Nyale
Bau Nyale adalah sebuah legenda dan bernilai
sakral tinggi bagi suku Sasak. Tradisi ini diawali oleh kisah seorang putri
Raja Tonjang Baru yang sangat cantik bernama Putri Mandalika. Karena
kecantikannya itu, para putra raja memperebutkan untuk meminangnya. Jika salah
satu putra raja ditolak pinangannya, maka akan timbul peperangan. Sang Putri
Mandalika mengambil keputusan: pada tanggal 20 bulan kesepuluh ia menceburkan
diri ke laut lepas. Dipercaya oleh masyarakat hingga kini bahwa Nyale adalah
jelmaan dari Putri Mandalika. Nyale adalah sejenis binatang laut
berkembang biak dengan bertelur, perkelaminan antara jantan dan betina. Upacara
ini diadakan setahun sekali.
Bagi
masyarakat Sasak, nyale dipergunakan untuk bermacam-macam keperluan
seperti santapan (emping nyale), ditaburkan ke sawah untuk kesuburan
padi, lauk-pauk, obat kuat, dan lainnya yang bersifat magis sesuai dengan
keyakinan masing-masing. Upacara Rebo Bontong dimaksudkan untuk menolak
bala (bencana atau penyakit). Dilaksanakan setahun sekali tepat pada hari Rabu
minggu terakhir bulan Safar.
Menurut
kepercayaan masyarakat Sasak, hari Rebo Bontong merupakan puncak terjadi
Bala (bencana atau penyakit). Sehingga sampai sekarang masih dipercaya untuk
memulai suatu pekerjaan tidak diawali pada hari Rebo Bontong. Rebo dan
Bontong berarti “putus” sehingga bila diberi awalan pe menjadi
“pemutus”. Upacara Rebo Bontong ini sampai sekarang masih tetap dilaksanakan
oleh masyarakat di Kecamatan Pringgabaya.
b. Slober
Kesenian slober adalah
alat musik tradisional Lombok yang tergolong cukup tua. Alat-alat musiknya
sangat unik dan sederhana. Terbuat dari pelepah enau dengan panjang 1 jengkal
dan lebar 3 cm. Kesenian slober didukung juga dengan peralatan yang
lainnya yaitu gendang, petuq, rincik, gambus, seruling. Nama slober diambil
dari salah seorang warga desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela yang bernama
Amaq Asih alias Amaq Slober. Kesenian ini salah satu kesenian yang masih eksis
sampai saat ini yang biasanya dimainkan pada setiap bulan purnama.
c. Lomba
Memaos
Lomba Memaos
atau lomba membaca lontar merupakan lomba menceritakan hikayat kerajaan
masa lampau. Satu kelompok pepaos terdiri dari 3-4 orang: satu
orang sebagai pembaca, satu orang sebagai pejangga, dan satu orang sebagai
pendukung vokal. Tujuan pembacaan cerita ini untuk mengetahui kebudayaan masa
lampau dan menanamkan nilai-nilai budaya pada generasi penerus.
Tarung
Paresean | Foto dari: Tropenmuseum
d. Periseian
Periseian (Presean) adalah kesenian beladiri
yang sudah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan kuno di Lombok. Awalnya adalah
semacam latihan pedang dan perisai sebelum berangkat ke medan pertempuran. Pada
perkembangannya hingga kini, senjata yang dipakai berupa sebilah rotan dengan
lapisan aspal dan pecahan kaca yang dihaluskan. Sedangkan perisai (ende)
terbuat dari kulit lembu atau kerbau. Setiap pemain atau pepadu
dilengkapi dengan ikat kepala dan kain panjang.
Perisean |
Foto dari: ANTARA/Ali Anwar/Koz
Kesenian ini
tak lepas dari upacara ritual dan musik yang membangkitkan semangat untuk
berperang. Pertandingan akan dihentikan jika salah satu pepadu mengeluarkan
darah atau dihentikan oleh juri. Walau perkelahian cukup seru bahkan tak jarang
terjadi cidera hingga mengucurkan darah di dalam arena, tetapi di luar arena
para pepadu menjunjung tinggi sportivitas dan tidak ada dendam di antara
mereka. Inilah pepadu Sasak. Festival periseian diadakan setiap
tahun di Kabupaten Lombok Timur dan diikuti oleh pepadu sepulau Lombok.
e.
Begasingan
Begasingan merupakan salah satu permainan yang
mempunyai unsur seni dan olahraga, permainan yang tergolong cukup tua di
masyarakat Sasak. Begasingan ini berasal dari dua suku kata, yaitu gang
dan sing; gang artinya “lokasi”, sing artinya “suara”.
Seni tradisional ini mencerminkan nuansa kemasyarakatan yang tetap berpegangan
kepada petunjuk dan aturan yang berlaku di tempat permainan. Nilai-nilai yang
berkembang di dalamnya selalu mengedepankan rasa saling menghormati dan rasa
kebersamaan yang cukup kuat serta utuh dalam melaksanakan suatu tujuan di mana
selalu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur. Permainan ini biasanya dilakukan
semua kelompok umur dan jumlah pemain tergantung kesepakatan kedua belah pihak
di lapangan.
f. Bebubus
Batu
Bebubus Batu
masih
dilaksanakan di Dusun Batu Pandang, Kecamatan Swela. Bebubus Batu berasal
dari kata bubus, yaitu sejenis ramuan obat terbuat dari beras dan
dicampur dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, dan batu, yakni batu
tempat untuk melaksanakan upacara yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat.
Prosesi acara ini dipimpin oleh pemangku yang diiringi oleh kiai. Penghulu dan
seluruh warga dengan menggunakan pakaian adat membawa sesajen (dulang)
serta ayam yang akan dipakai untuk melaksanakan upacara. Upacara Bebubus Batu
dilaksanakan setiap tahunnya yang dimaksudkan adalah untuk meminta berkah
kepada Sang Pencipta.
g. Tandang
Mendet
Tandang
Mendet merupakan
tarian perang. Tari ini telah ada sejak zaman kejayaan Kerajaan Selaparang yang
menggambarkan keprajuritan. Tarian ini dimainkan oleh belasan orang yang
berpakaian lengkap dengan membawa tombak, tameng, kelewang (pedang bersisi
tajam satu), dan diiringi dengan gendang beleq serta syair-syair
yang menceritakan tentang keperkasaan dan perjuangan. Tarian ini masih
dilaksanakan di Sembalun.
h. Sabuk
Belo
Sabuk Belo adalah sabuk yang panjangnya 25
meter dan merupakan warisan turun temurun masyarakat Lombok khususnya yang
berada di Lenek Daya. Sabuk Belo biasanya dikeluarkan pada saat
peringatan Maulid Bleq bertepatan dengan 12 Rabiul Awal tahun Hijriah. Upacara
pengeluaran Sabuk Bleq ini diawali dengan mengusung keliling kampung
secara bersama-sama yang diiringi dengan tetabuhan gendang beleq yang
dilanjutkan dengan praja mulud dan diakhiri dengan memberi makan
kepada berbagai jenis makhluk. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, upacara
ini dilakukan sebagai simbol ikatan persaudaraan, persahabatan, persatuan dan
gotong royong serta rasa kasih sayang di antara makhluk Tuhan.
i. Gendang
Beleq
Gendang
Beleq merupakan
pertunjukan ensembel dengan alat perkusi gendang besar memainkan peran
utamanya. Ada dua buah jenis gendang beleq, yaitu gendang mama (laki-laki)
dan gendang nina (perempuan), berfungsi sebagai pembawa dinamika. Sebuah
gendang kodeq (gendang kecil), dua buah reog sebagai pembawa melodi
(yang satu reog mama, terdiri atas dua nada; dan reog nina, yakni
perembak beleq yang berfungsi sebagai alat ritmis). Delapan buah
perembak kodeq (paling sedikit enam buah dan paling banyak sepuluh,
berfungsi sebagai alat ritmis), sebuah petuk sebagai alat ritmis, sebuah gong
besar sebagai alat ritmis, sebuah gong penyentak sebagai alat ritmis, sebuah
gong oncer sebagai alat ritmis, dan dua buah bendera maerah atau
kuning yang disebut lelontek.
Menurut
cerita, gendang beleq dulu dimainkan bila ada pesta-pesta kerajaan. Bila
terjadi perang berfungsi ia sebagai komandan perang, sedang copek sebagai
prajuritnya. Bila datu (raja) ikut berperang, maka payung agung akan digunakan.
Sekarang, fungsi payung ini ditiru dalam upacara perkawinan.
Gendang
Beleq dapat
dimainkan sambil berjalan atau duduk. Komposisi musiknya bila dilakukan dalam
keadaan berjalan maka memunyai aturan tertentu; berbeda dengan posisi duduk
yang tidak memunyai aturan. Pada waktu dimainkan, pembawa gendang beleq
akan memainkannya sambil menari, demikian juga pembawa petuk, copek,
dan lelontok.
Struktur
Masyarakat
Masyarakat
Sasak dipandang sebagai penduduk asli Pulau Lombok. Mereka mengenal suatu
pelapisan atau penggolongan masyarakat. Secara sosial-politik, masyarakat Sasak
dapat digolongkan ke dalam dua tingkatan utama, yaitu golongan bangsawan yang
lazim disebut perwangsa dan golongan masyarakat kebanyakan yang disebut jajar
karang atau bangsa Ama.
Golongan perwangsa
terbagi atas dua tingkatan, yaitu bangsawan penguasa dan bangsawan
rendahan. Para bangsawan penguasa atau perwangsa menggunakan gelar datu.
Penyebutan untuk kaum laki-laki golongan ini adalah raden dan perempuan
bangsawannya dipanggil denda. Jika kelompok raden telah mencapai
usia cukup dewasa dan ditunjuk untuk menggantikan kedudukan ayahnya, mereka
berhak memakai gelar datu. Perubahan gelar itu dilakukan setelah melalui
upacara tertentu.
Para
Petinggi Suku Sasak abad 19 | Foto dari: Tropenmuseum
Bangsawan
rendahan atau triwangsa menggunakan gelar lalu untuk para lelaki
dan baiq untuk para perempuan. Tingkatan terakhir disebut jajar
karang, panggilan untuk laki-laki adalah loq dan perempuannya adalah
le. Golongan pertama dan kedua lazim disebut permenak.
Sesuai
dengan statusnya, golongan permenak di samping lebih tinggi daripada jajar
karang, merupakan penguasa sekaligus pemilik sumber daya lahan pertanian
yang luas. Ketika dinasti Karangasem Bali berkuasa di Lombok, golongan permenak
hanya menduduki jabatan sebagai pembekel di daerah berpenduduk Sasak.
Masyarakat
Sasak memberikan penghormatan kepada golongan permenak berdasarkan
ikatan tradisi turun-temurun dan berdasarkan ikatan budaya Islam. Landasan
pelapisan sosial masyarakat Sasak mengikuti garis keturunan lelaki
(patrilineal).
Dalam alam
kepercayaan, masyarakat Lombok mengenal tiga kelompok agama yang dianut oleh
kalangan orang Sasak, yaitu kelompok Boda, Waktu Telu, dan Islam.
Kelompok Boda dalam bentuk komunitas kecil berdiam di pegunungan utara
dan di jajaran lembah pegunungan selatan Lombok. Kelompok Boda adalah
orang-orang Sasak yang dari segi kesukuan, budaya, dan bahasa menganut
kepercayaan menyembah berhala. Mereka menyingkir ke daerah pegunungan dalam
upaya melepaskan diri atau menghindari islamisasi di Lombok.
Nama Waktu
Telu diberikan kepada penganut kepercayaan yang beribadah tiga kali pada bulan
puasa, yaitu sembahyang Magrib, Isya, dan Subuh. Di luar bulan puasa, mereka
dalam seminggu hanya sekali melakukan ibadah, yaitu pada hari Kamis dan Jumat,
saat waktu Asar. Urusan ibadah salat dan puasa diserahkan kepada pemimpin agama
mereka, yaitu para kiai dan penghulu.
Pada
hari-hari tertentu penduduk memberi sedekah kepada pemimpin agamanya. Mereka
hanya menunaikan tugas yang diberikan oleh para kiai. Semua kiai Waktu Telu tidak
melaksanakan zakat dan naik haji. Daerah-daerah penganut Waktu Telu meliputi Bayan
dan Tanjung di Lombok Barat, dataran tinggi Sembalun dan Suranadi di Lombok
Timur, dan Pujut di Lombok Tengah.
Desa Suku
Sasak | Foto dari: ANTARA/Ali Anwar/Koz
Hubungan
kekerabatan masyarakat Sasak walau terkesan bilateral, lebih menganut pola
patrilineal. Pola kekerabatan itu disebut Wiring Kadang yang mengatur
hak dan kewajiban warga. Unsur-unsur kekerabatan itu meliputi ayah, kakek,
saudara laki-laki ayah (paman), anak lelaki saudara lelaki ayah (sepupu), dan
anak-anak mereka. Warga kelompok Wiring Kadang mengemban tanggung jawab
terhadap masalah keluarga, yang terutama terlihat pada saat persiapan penikahan
salah seorang anggota kerabat. Masalah warisan dan pengaturannya menjadi hak
mereka.
Harta
warisan biasanya disebut pustaka yang mengandung nilai-nilai luhur dan
berbentuk seperti tanah, rumah, dan benda-benda lainnya yang dianggap keramat.
Benda-benda keramat itu, antara lain, berupa pakaian, keris, dan permata.
Orang-orang Bali di Lombok juga memiliki pola kekerabatan yang serupa dan
disebut purusa. Garis keturunan mereka berdasarkan pada garis ayah.
Seperti pada masyarakat Sasak, pola pewarisan mereka disebut pusaka.
Seperti yang
telah diuraikan sebelumnya, kehidupan masyarakat Sasak lebih banyak mengemban
kewajiban terhadap kekuasaan kerajaan. Walau di sejumlah desa, seperti Praya
dan Sakra, memiliki hak perdikan, yaitu bebas dari pungutan pajak.
Namun, kewajiban apati getih, yaitu ikut serta dalam peperangan kerajaan
tetap harus dipenuhi. Kerajaan memberikan hak itu berkenaan dengan jasa
mereka yang telah membantu dalam memenangkan peperangan.
Kehidupan
petani pada umumnya selalu berada di bawah “penindasan” para bangsawan dan
pejabat kerajaan. Banyak lahan pertanian mereka yang diambil alih oleh raja
melalui hak sita komunal sebelumnya. Banyak tanah yang tidak memiliki ahli
waris menjadi milik kerajaan. Selain itu, tuntutan kerja wajib menjadikan para
bangsawan tidak jarang secara sewenang-wenang mengambil putra-putri mereka
untuk menjadi pekerja dan pelayan.
Padahal di
lahan pertanian para petani sangat membutuhkan tenaga putra-putri mereka. Para
petani menjual hasil pertanian kepada para pedagang di bawah syahbandar dan
sebaliknya mereka memperoleh barang kebutuhan lainnya dari jalur perdagangan
itu pula. Kekuasaan kerajaan sangat memengaruhi kehidupan masyarakat perdesaan.
Sumber
Rujukan:
Budiwanti,
Erni. 2000. Islam Sasak: Wetu Telu Versus Waktu Lima. Yogyakarta: PT
LKiS Pelangi Aksara.
Poesponegoro,
Marwati Djoened dan Nugroho Botosusanto. 2008. Sejarah Nasional Indonesia
IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Waterson,
Roxana. 2002. Indonesian Heritage; Rumah dan Lumbung Padi Orang Sasak:
Arsitektur. Jakarta: Buku Antar Bangsa.
Jaelani.
2007. “Menelusuri Asal usul Suku Sasak”. [Online]. Terdapat di.
http://lalumuhamadjaelani.wordpress.com/2007/12/13/menelusuri-asal-usul-suku-sasak/.
[07/07/2010]
…………… 2007. “Atraksi
Budaya Suku Sasak”. [online]. Terdapat di.
http://www.sasak.org/arsip/seni-budaya/165-atraksi-budaya-suku-sasak.html.
[07/07.2010]
……………….
2007. “Sejarah Kebudayaan Masyarakat Sasak”. [Online]. Terdapat
di.
http://blogs.myspace.com/index.cfm?fuseaction=blog.view&friendId=115093975&blogId=326733396.
[07/-07/2010]